Manado (22/03/2018) – Berlokasi di Aula lantai 6 Gedung Keuangan Negara Manado, Kanwil Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Anti Narkoba bersama BNNP dan POLDA Sulawesi Utara. Dibuka oleh Cerah Bangun selaku KaKanwil Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara, kegiatan ini dihadiri oleh seluruh Satuan Kerja Kanwil Bea Cukai Sulbagtara, KPPBC TMP C Manado, dan KPPBC TMP C Bitung. Acara ini mendatangkan dua narasumber yakni dari BNNP Sulut dan dari POLDA Sulut. Dalam sambutan pembukanya, Cerah Bangun mengatakan bahwa ada dari pegawai Bea Cukai yang terlibat dengan kasus narkoba. Beliau berharap dengan adanya kegiatan ini rekan-rekan dapat memahami, menginternalisasi, dan menerapkan apa yang diampaikan oleh narasumber.
Kegiatan ngobrol anti narkoba ini diselenggarakan bertujuan untuk saling sharing terkait apa saja jenis narkoba baru yang saat ini masuk dan mengancam negara Indonesia, bahaya narkoba itu sendiri, dan dampak yang ditimbulkan bagi pengguna dan negara. Bukan hanya orang dewasa, saat ini sasaran para pengedar narkoba adalah para generasi muda bangsa Indonesia seperti pelajar dan mahasiswa. Semua sindikat narkoba mengincar Indonesia karena Indoesia adalah pangsa narkoba terbaik di dunia. Dengan berbagai macam jalur untuk masuk ke Indonesia dari luar negeri baik melalui jalur udara, laut maupun darat, hal ini merupakan tantangan yang serius bagi bangsa Indonesia untuk melawan masuknya narkoba ke Indonesia.
Charles selaku Kepala BNNP Sulawesi Utara dan menjadi narasumber kegiatan ini mengatakan bahwa narkotika dibagi menjadi dua yakni narkoba dan non narkoba. Untuk wilayah Sulawesi Utara, yang lebih memprihatinkan bukan pengguna narkobanya melainkan pengguna non narkoba dimana dampak yang ditimbulkan dari konsumsi narkoba dalam jumlah yang tidak dapat diukur ini lebih buruk dibanding dari dampak penggunaan narkoba itu sendiri. Pada tahun 2015-2016, Sulawesi Utara masuk dalam peringkat 15 dari seluruh provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori rawan narkoba. Penggunaan terbanyak adalah non narkoba seperti komiks dan obat-obatan yang dicampur dengan cap tikus. Narkoba yang masuk ke Indonesia berasal dari Negara Asia untuk jenis shabu dan dari Negara Eropa untuk jenis ekstasi. Beberapa negara-negara Asia yang memasok narkoba ke Indonesia adalah China, Myanmar, Thailand, Pakistan dan India. “Kita kebobolan shabu sebesar 500-600 ton yang berasal dari China. Karena di Negara China, memproduksi shabu adalah tindakan yang legal, namun mengedarkan ke Negara China sendiri adalah tindakan illegal. Oleh karena itu, China mengirim shabu hasil produksinya ke Indonesia karena Indonesai dianggap sebagai pasar bisnis narkoba yang sangat menjanjikan. Selain China, Papua Nugini juga memproduksi ganja. Berbeda dengan China, cara Papua Nugini memasukkan narkoba ke Indonesia yaitu dengan cara barter dengan barang elektronik karena barang elektronik yang masuk ke Papua Nugini harus membayar bea masuk yang mahal. Oleh karena itu Papua Nugini menggunakan cara barter ini agar mendapat harga elektronik yang murah.
Charles juga menghimbau agar kita tidak mencoba narkoba. “Sekali nyoba, jangan percaya kalau besok nggak akan nyoba lagi. Jangan berani mencoba narkoba! Awalnya bercanda, bisa jadi pecandu” ungkap Charles. Selain itu, Charles juga menghimbau, sebagai aparatur sipil negara agar jangan menjadi pengkhianat negara. Kita menerima gaji dari Negara Indonesia, tapi kita membebaskan penyelundupan narkoba yang masuk ke Indonesia.
Ricko, selaku Direktur Reserse Narkoba Polda Sulawesi Utara yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan ini mengatakan bahwa dalam 2 tahu terakhir, ada kurang lebih 1000 ton shabu yang masuk ke Indonesia. Dan yang sudah diungkap baru sekitar 10-15 ton shabu. Ini berarti masih sekitar 1000 ton shabu yang belum diungkap dan siap diledakkan di Indonesia. Menurut Ricko, 1000 ton yang belum diungkap dan masih belum diketahui keberadaanya itu masih berupa bahan setengah jadi, dan bahan yang membuatnya menjadi barang jadi itu berada di Indonesia. Jalur penyelundupan narkoba ke Indonesia yang paling banyak adalah jalur laut. Kebanyakan dari Makasar dan Jakarta. Untuk Pulau Sulawesi sendiri sering terjadi kebobolan masuknya peredaran narkoba di Perbatasan Bolmong yaitu peredaran dari Palu dan Makasar. Bahkan, peredaran narkoba di Palu bukan hanya tersedia paket hemat melainkan sudah tersedia paket anak-anak dimana dapat dipadatkan hanya dengan Rp 20.000 untuk 3 hingga 4 kali hisap.
Ricko juga menyampaikan bahwa terdapat kurang lebih 70 jenis narkoba baru yang masuk ke Indonesia. Beberapa diantaranya adalah tembakau gorilla, flakka, CC4, zolpidem/ sleepy walking pill, fentanyl (memiliki efek 50 kali lebih dahsyat dari heroin, biasanya untuk obat bius badak, jerapah, dan gajah), PCC, canabinoit dan masih banyak lagi jenis lainnya. Untuk wilayah Sulawesi Utara, kasus yang banyak terjadi di masyarakat adalah fenomena komiks. Dimana komiks dikonsumsi dalam jumlah yang luar biasa (30 Sachet) sekali tenggak. Kasus ini banyak ditemukan dilakukan oleh anak-anak yang notabene masih sekolah dan belum mempunyai penghasilan. Jadi mereka mengkonsumsi komiks dalam jumlah yang tidak wajar agar mendapatkan efek seperti mengkonsumsi narkoba.
Di akhir acara, Cerah Bangun mengatakan “Saya berharap teman-teman bisa share terhadap rekan-rekan dan keluarga agar tidak menggunakan narkoba.” Beliau juga berharap bahwa pihak BNNP dan POLRI tetap bisa memberantas peredaran narkoba di Indonesia.